Para kepala negara dan wakil bangsa ASEAN sudah memulai pertemuan tingkat tinggi di Jakarta yang akan berlangsung sampai esok hari. Tahun ini, isu sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja membayangi pembukaan KTT tahunan ASEAN ke-18 ini.
Acara yang biasanya menjadi forum untuk mengkaji masalah-masalah yang terkait dengan perdagangan, kini dengan adanya sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja maka pembicaraan tampaknya akan beralih ke masalah keamanan kawasan (Regional Security).
Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa mengatakan bahwa momen KTT ini bisa menjadi penting dalam menstabilkan situasi kawasan khususnya sengketa antara Thailand dan Kamboja.
"Kami memiliki kerangka acuan yang telah disepakati. Kami sekarang harus menciptakan kondisi yang kondusif untuk tugas awal tim pengamat dan pada saat yang sama kita perlu memiliki proses politik yang sedang berlangsung antara kedua belah pihak," katanya kepada wartawan internasional di Jakarta (Sabtu, 7/5).
Selain masalah sengketa antara Kamboja dan Thailand, ada hal lain yang mengkhawatirkan yaitu permintaan Myanmar mengambil alih kepemimpinan ASEAN 2014 mendatang. Permintaan Myanmar ini memicu kecaman dari para aktivis HAM internasional. Bahkan, Amerika Serikat melalui Human Right Watch mengatakan jika permintaan Myanmar ini dipenuhi maka ASEAN tak ubahnya seperti "bahan tertawaan dari forum antar negara".
"Menghargai Myanmar dengan (menjadikannya) pimpinan ASEAN setelah (Kamboja melakukan) Pemilu palsu dan masih memiliki catatan 2000 tahanan politik hanya akan menambah malu kelompok (ASEAN) ini," ujar Wakil Direktur Asia Human Right Watch, Elaine Pearson.
Dalam menanggapi hal ini, Marty Natalegawa menegaskan bahwa permintaan Myanmar akan dibahas pada puncak acara KTT dan dia menyarankan seandainya Myanmar ingin menjadi Ketua ASEAN maka negara itu harus melakukan perbaikan catatan HAM di negaranya
0 komentar:
Posting Komentar