?

Rabu, 01 Juni 2011

Published with Blogger-droid v1.6.9

Bee Gees "I Started a Joke"

Senin, 23 Mei 2011



 I started a joke
which started the whole world crying
But I didn't see
that the joke was on me, oh no

I started to cry
which started the whole world laughing
Oh if I'd only seen
that the joke was on me

I looked at the skies
running my hands over my eyes
And I fell out of bed
hurting my head
from things that I'd said

which started the whole world living
Oh if I'd only seen
that the joke was on me

I looked at the skies
running my hands over my eyes
And I fell out of bed
hurting my head
from things that I'd said

Till I finally died
which started the whole world living
Oh if I'd only seen
that the joke was on me

Hayati Lirik ini!

Selasa, 17 Mei 2011

Sarjana Muda


Berjalan seorang pria muda
Dengan jaket lusuh dipundaknya
Disela bibir tampak mengering
Terselip sebatang rumput liar

Jelas menatap awan berarak
Wajah murung semakin terlihat
Dengan langkah gontai tak terarah
Keringat bercampur debu jalanan

Engkau sarjana muda
Resah mencari kerja
Mengandalkan ijazahmu

Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Tuk jaminan masa depan

Langkah kakimu terhenti
Didepan halaman sebuah jawatan

Terjenuh lesu engkau melangkah
Dari pintu kantor yang diharapkan
Terngiang kata tiada lowongan
Untuk kerja yang didambakan

Tak perduli berusaha lagi
Namun kata sama kau dapatkan
Jelas menatap awan berarak
Wajah murung semakin terlihat

Engkau sarjana muda
Resah tak dapat kerja
Tak berguna ijazahmu

Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Sia sia semuanya

Setengah putus asa dia berucap... "Maaf Ibu"...


Karya : Iwan Fals 
( Album Sarjana Muda 1981)

Pandangan Karl Marx, Nietzsche, Albert Camus dan Asghar Ali Engineer Mengenai Peranan Agama Dalam Kehidupan Sosial

Kamis, 12 Mei 2011

Pendahuluan
Agama mengajarkan manusia mengenai sesuatu yang luar biasa diluar dirinya yang bersumber dari yang luar biasa juga, yang sering disebut dengan tuhan. Dengan kata lain, bahwa agama adalah bentuk penghambaan manusia terhadap tuhannya. Bentuk penghambaan ini lebih banyak terjadi ketika manusia sedang mengalami kesusahan sosial, yaitu saat terjadi kemiskinan, ketika tertindas, ketika terkena bencana, dan ketika kebahagian sulit diperoleh. Kondisi sosial yang sulit mendorong manusia untuk mencari peraduan yang bisa memberikan harapan utopis kepada mereka, peraduan itu adalah dengan penghambaannya kepada tuhan. Dengan penghambaan-penghambaan yang berlarut-larut tanpa disertai usaha dan tindakan untuk manusia, maka hal ini hanya akan menambah kesulitan sosial mereka.
Berdasarkan kondisi masyarakat tersebut, banyak para pemikir barat yang kemudian menafsirkan agama dan tuhan dalam berbagai penafsiran menurut kondisi sosial dan lingkungannya masing-masing. Ada yang mengatakan agama itu tidak lebih daripada konsep moralitas atau akhlak, ada juga yang mengatakan agama itu sesuatu yang menyentuh hal-hal rohaniyah atau spiritual saja, ada pula yang mendefinisikan agama dengan ritual dan upacara penyembahan.
Teologi pembebasan muncul guna menghadapi polemik masyrakat yang terkungkung dalam dogma agama. Ada banyak definisi pembebasan, salah satunya adalah pembebasan dari kekerasan yang melembaga yang menghalangi terciptanya manusia baru dan menggairahkannya solidaritas antar manusia (Gutierrez), atau lingkaran setan kekerasan yang menantang orang untuk berperan serta dalam kematian Kristus (Galilea), atau praktik-praktik yang menentang usaha pemanusiaan manusia sebagai tindakan pembebasan tuhan (Munoz). Tujuan dari paham ini adalah satu upaya kontekstualisasi dari ajaran dan nilai keagamaan dalam konteks sosial tertentu. Konteks sosial yang terjadi adalah penindasan, pemiskinan, keterbelakangan, dan penafian harkat manusia. Masalah kongkret yang dihadapi adalah situasi ekonomi dan politik yang dinilai menyengsarakan rakyat.
Penafsiran peranan agama dalam kehidupan sosial dimaknai secara berbeda-beda oleh para filosof, sesuai dengan keadaan riil di zamannya. Berikut adalah penafsiran peranan agama menurut Nietzsche, Karl Marx, Albert Camus, dan Asghar Ali Engineer.

a. Pandangan Nietzsche Tentang Kematian Tuhan
Dalam buku Thus Spoke Zarathustra, Nietzsche banyak bercerita tentang “Tuhan telah mati”. Konsep ini adalah kritik terhadap tradisi kekristenan di zamannya yang mengacu kepada paradigma kehidupan setelah kematian. Tradisi kekristenan membawa manusia agar percaya kepada nilai-nilai absolut dan dengan percaya terhadap nilai-nilai yang absolut tersebut, maka manusia akan menjadi lemah, tidak kreatif, dan statis. Maka dari itu nilai-nilai absolut harus dihancurkan. Dan karena puncak dari segala ke absolutan itu adalah tuhan, maka menurut Nietzsche, tuhan harus dibunuh.
Nietzsche percaya bahwa ada kemungkinan-kemungkinan yang positif bagi manusia tanpa Tuhan. Melepaskan kepercayaan kepada Tuhan atau nilai absolut akan membuka jalan bagi kemampuan-kemampuan kreatif manusia untuk berkembang sepenuhnya. Tuhan orang Kristen, dengan perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya yang sewenang-wenang, tidak akan lagi menghalanginya, sehingga manusia boleh berhenti mengalihkan mata mereka kepada ranah adikodrati dan mulai mengakui nilai dari dunia ini. Pengakuan bahwa "Tuhan sudah mati" adalah kebebasan untuk menjadi sesuatu yang baru, berbeda, dan kreatif. Suatu kebebasan untuk menjadi sesuatu tanpa dipaksa untuk menerima beban masa lampau. Nietzsche menggunakan metafora laut yang terbuka, yang dapat menggairahkan dan menakutkan. Orang-orang yang akhirnya belajar untuk menciptakan kehidupan mereka kembali akan mewakili suatu tahap yang baru dalam keberadaan sang manusia unggul.
Menurut Nietzsche, dengan terbunuhnya tuhan, maka manusia berlomba lomba untuk menjadi manusia yang unggul, yaitu manusia yang agung ketika ia mampu menunjukan semangat hidup dan gairah yang tinggi. Untuk itu, manusia harus bebas dari kekhawatiran akan dosa dan terbebas dari nilai-nilai tradisional yang membelenggu potensi kemanusiaannya. Sehingga, manusia yang bebas ini mampu terus untuk mencipta sesuatu yang baru dan orisinil, walau harus bertentangan dengan dogma-dogma yang berlaku.
Nietzsche mewacanakan bahwasannya nilai-nilai dan pemikiran yang ada harus ditolak, baik itu teori maupun pengetahuan. Jika tidak ditolak maka teori yang muncul menjadi tidak bermakna lagi dan hanya merupakan pembenaran dari teori yang sudah ada sebelumnya. Dalam hal ini, Nietzsche lebih menitikberatkan kepada pembebasan akal pikiran manusia agar mampu berpikir sebebas-bebasnya dan berkreasi seluas-luasnya.

b. Pandangan Marx mengenai agama adalah candu bagi masyarakat
Karl Marx yang hidup pada zaman revolusi industri, dimana tenaga buruh beralih ke tenaga mesin. Ini mengakibatkan banyak buruh yang tak punya pekerjaan yang otomatis juga kehilangan penghasilannya, kalaupun ada buruh yang bekerja itu pun jumlahnya terbatas dan gajinya pun sedikit. Kondisi yang demikian membuat manusia putus asa karena tidak mampu lagi mengatasi persoalan kehidupannya secara logis dan realistis. Agama, kemudian muncul, sebagai tempat pelarian manusia dari masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga masalah yang dihadapi malah tidak terselesaikan.
Dari kondisi yang demikian ini, Marx menyimpulkan bahwa “religion is the opium of the people”. Agama adalah candu bagi masyarakat dapat diartikan bahwa agama tidak sedikitpun membawa kebaikan dan hanya membawa malapetaka bagi manusia. Marx berkesimpulan bahwa sebelum orang dapat mencapai kebahagiaan yang sebenar-benarnya, maka agama haruslah ditiadakan karena agama menjadi kebahagiaan semu dari orang-orang tertindas. Secara tidak langsung agama telah membiarkan orang untuk tetap pada kondisi materialnya dan menerima secara pasrah apa yang ia terima walaupun ia tengah mengalami penderitaan secara material. Maka dari itu agama harus ditiadakan agar manusia kembali kepada urusan materialnya sehingga kebahagiannya tidak lagi bersifat utopis.
Dalam hal ini Marx mencoba untuk membebaskan manusia dari belenggu kebahagian semu yang dijanjikan oleh agama berupa iming-iming kebahagian surga. Manusia seharusnya berjuang dan berusaha sekuat tenaga ketimbang berlama-lama duduk dan bersujud di gereja. Padahal semua persoalan kehidupan manusia harus bertitik tolak dari manusia dan kembali pada manusia itu sendiri. Menurut marx, agama tidak menjadikan manusia menjadi dirinya sendiri, melainkan menjadi sesuatu yang berada diluar dirinya, sehingga manusia terasing dari dirinya sendiri.

c. Konsep Absurditas Albert Camus
Dalam novel La Peste, Albert Camus banyak menggambarkan mengenai tipe-tipe manusia dalam merespon suatu bencana. La Peste sendiri bercerita mengenai peristiwa luar biasa yang menghantam penduduk suatu kota. Novel ini menyiratkan tentang eksistensi manusia di depan mengahadapi bencana atau kematian. Lebih lanjut, Camus menjabarkan mengenai lima tipe manusia dalam merespon suatu bencana.
Tipe pertama adalah tipe orang yang “merasa terjerat” dalam bencana, karena adanya pemberitaan di media massa secara terus-menerus. Tipe kedua adalah tipe orang yang “menerengkan” secara metafisika religius yang ia peluk agar keyakinan yang ia peluk semakin memberi rasa tenang. Tipe yang ketiga adalah tipe orang yang tidak mau terlibat dan justru pergi mencari ketenangan pribadi sendiri. Tipe yang keempat adalah tipe orang yang merasa senang ketika terjadi bencana dan berharap bencana tidak kunjung selesai.
Tipe kelima adalah tipe orang yang terlibat secara aktif dan konkret menolong korban. Dia hanyalah orang biasa, yang memilih melibatkan dirinya dalam membantu korban bencana tanpa banyak teori dan kepentingan. Hanya dengan mengatas namaka kemanusiaan mereka secara sukarela membantu korban bencana. Tipe kelima ini, menggambarkan permenungan manusia sejati dalam eksistensinya di depan bencana.
Menurut Camus, absurditas mesti dihadapi dengan moral keterlibatan dalam perjuangan bersama. Bahwa hidup tanpa memimpikan tujuan apapun karena “tuhan telah mati”, sehingga manusia mampu mengerahkan segala kemampuannya demi kemanusiaan. Camus, memiliki keyakinan bahwa kita mesti setia dengan pa yang ada disini, yang ada di dunia ini, terutama kepada manusia yang tertimpa musibah.
Absurditas menurut Camus adalah persepsi tajam bahwa sesuatunya sia-sia, absurd sendiri adalah kondisi dimana kita diingatkan pada kebenaran mendasar bahwa manusia adalah orang mati yang tertunda. Camus mengatakan ada dua cara menghayati dan menyikapi hidup. Pertama, tidak perlu berselisih mengenai sebab dan tujuan kita ada. Yang kedua adalah secara mandiri ataupun bersama-sama dalam sebuah komunitas. Manusia mesti menolak takluk terhadap kebatilan, dan greget melawan ini diwujudkan dalam sikap solider dan bertanggung jawab atas kehidupan ringkih yang terutama tampak dalam diri para korban absurditas eksistensi. Dengan berlandaskan pada konsep kemanusiaan maka dalam menangani korban bencana, manusia tidak perlu lagi memikirkan mengenai tujuan dan alasan dia menolong. Segalanya absurd, tanpa alasan dan tanpa tujuan, karena tuhan telah mati, dan sekarang tinggal bagaimana manusia memaknai kehidupannya yang ada sekarang.
d. Proyek Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer
Menurut Engineer, teologi pembebasan hadir untuk mengambil peran dalam membela kelompok yang tertindas. Teologi pembebasan adalah anti kemapanan, baik kemapanan relijius maupun politik. Lebih lanjut, Engineer mengatakan bahwa agama bukan sekedar mencandukan kesadaran masyarakat, agama juga turut memantapkan status quo dan tidak mendukung perubahan.
Proyek teologi pembebasan lebih menitikberatkan pada aspek praksis dari pada teoritis metafisika-teologis yang tidak jelas yang mancakup hal-hal yang abstrak dan konsep-konsep yang ambigu. Praksis yang dimaksud adalah sifat pembebasan mengenai interaksi dialektis antara “apa yang ada” dan “apa yang seharusnya”. Karena pada dasarnya Islam bisa menjadi ancaman bagi status quo atau segala bentuk kemapanan yang mengeksploitasi kaum lemah.
Maka dari itu, agama tidak boleh berhenti pada tataran urusan duniawi dan akhirat, tapi juga harus mampu menjaga relevansinya. Engineer sangat kecewa melihat agama yang melulu hanya berupa ritual yang tidak menyentuh kepentingan kaum tertindas dan para pekerja keras, dan hanya menjadi latihan intelektual dan mistik yang abstrak bagi kalangan klas menengah, oleh sebab itu, agama harus dijauhkan dari ritual dan abstraksi metafisik.
Dalam menghadapi tantangan kemiskinan, Engineer mengatakan bahwa jika agama hendak menciptakan kesehatan sosial, dan menghindari dari sekedar pelipur lara dan tempat berkeluh kesah, agama harus mentransformasikan dirinya menjadi alat yang canggih untuk melakukan perubahan sosial.

Kesimpulan
Dari penjabaran diatas, terdapat perbedaan pandangan mengenai peranan agama dalam kehidupan sosial antara Nietzsche, Marx, Camus, dan Engineer. Mereka menafsirkan pandangan peranan agama berdasarkan lingkungannya masing-masing, sehingga penafsiran mereka pun berbeda-beda. Kepekaan terhadap ketertindasan manusia membuat mereka kritis terhadap agama, yang dipercayai hanya membelenggu proses pemanusiaan manusia.
Nietzsche, mengkritisi mengenai kevakuman manusia dalam berfikir yang disebabkan oleh kebenaran absolut agama. Maka dari itu, janganlah heran jika Nieztsche kemudian menawarkan konsep “tuhan telah mati”. Dengan terbunuhnya tuhan maka, manusia terbebas dari belenggu kebenaran absolut, sehingga manusia bisa berkreasi dan berinovasi dengan sebebas-bebasnnya. Berbeda dengan Nietzsche, Marx lebih menekankan pada perilaku manusia tertindas yang hanya bisa berdoa tanpa didukung dengan perbuatan yang bisa merubah hidupnya. Pengharapan akan kehidupan bahagia setalah mati, membuat kaum tertindas terbius oleh candu yang dinamai agama. Marx ingin membebaskan masyarakatnya dari belenggu agama dan beralih pada tindakan material yang dapat membawa perubahan sosial seseorang.
Albert camus lebih memfokuskan pada aspek kemanusiaan. Tuhan telah mati, dan manusia sejatinya hanyalah menunggu kapan ia mati. Maka dari itu, manusia sebaiknya absurd dalam bertindak. Tak perlu memikirkan alasan dan tujuan dalam menolong sesama manusia, karena itulah makna manusia dalam memaknai sisa hidupnya. Sedangkan Engineer berpendapat bahwa agama harusnya mampu membebaskan manusia dari ketertindasan dan tidak melulu berupa ritual yang tak berefek apapun bagi status quo. Agama harus mampu menjadi alat perubahan sosial.
Bisa disimpulkan bahwa baik Nietzsche, Marx, Camus maupun Engineer berusaha untuk membebaskan manusia dari segala bentuk dogma agama yang menghambat manusia dalam proses pemanusiaannya. Manusia haruslah banyak bertindak untuk merubah nasibnya dan kaumnya, daripada hanya sekedar duduk dan berdoa. Manusia harus dapat memaknai arti kehidupannya di muka bumi ini.
Sedikit banyak peranan agama memang sangat berpengaruh dalam ranah kehidupan sosial, pengaruh tersebut ada yang memaknainya sebagai pengaruh positif dan pengaruh negatif, tergantung dari aspek mana kita melihatnya. Karena sesungguhnya di dunia ini tidak ada fakta, yang ada hanyalah tafsir.

Obama Bidik Pemimpin Al Qaeda di Yaman

Sabtu, 07 Mei 2011

Setelah berhasil membunuh pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden, kini Amerika Serikat memalingkan bidikan ke Yaman dengan target membunuh salah seorang tokoh Al Qaeda lain yang juga mempunyai pengaruh besar di Semenanjung Arab, Anwar al Awlaki.
Kementerian Pertahanan Yaman mengkonfirmasi serangan udara yang dilancarkan AS ke Provinsi Shabwa (Kamis, 5/5) menewaskan dua pejuang Al Qaeda. Kedua pejuang ini teridentifikasi sebagai dua bersaudara Musa'id dan Abdullah Mubarak.
Sebelumnya Pentagon menolak untuk mengomentari laporan yang menyebut Anwar al Awlaki sebagai target. Namun, seorang petinggi milter AS membenarkan telah melakukan serangan ke Yaman dan tidak menyesal karena salah sasaran.
"Kami (tadinya) berharap itu dia (Anwar al Awlaki)," kata pejabat AS yang dirahasiakan, seperti dikutip dari CBS News (Sabtu, 7/5).
Menurut Wall Street Journal, memang ada beberapa operasi yang menargetkan Awlaki pada serangan Kamis itu. Namun, Awlaki lolos dari tiga roket yang ditembakkan ke sebuah kendaraan yang dia gunakan. Menurut surat kabar itu, Awlaki sudah bertukar mobil dengan dua bersaudara pejuang Al Qaeda yang tewas dalam serangan tersebut.
Diperkirakan setelah Osama bin Laden tewas, Awlaki merupakan ancaman terbesar bagi AS. Diyakini bahwa ulama kelahiran AS tapi berdarah Yaman ini memiliki 300 pejuang yang tersebar di pegunungan Yaman. Awlaki juga sudah dicantumkan pada daftar hitam teroris pada bulan Juli 2010 oleh pemerintah Amerika.

Sorotan Utama KTT ASEAN ke-18 di Jakarta

Para kepala negara dan wakil bangsa ASEAN sudah memulai pertemuan tingkat tinggi di Jakarta yang akan berlangsung sampai esok hari. Tahun ini, isu sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja membayangi pembukaan KTT tahunan ASEAN ke-18 ini.

Acara yang biasanya menjadi forum untuk mengkaji masalah-masalah yang terkait dengan perdagangan, kini dengan adanya sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja maka pembicaraan tampaknya akan beralih ke masalah keamanan kawasan (Regional Security).

Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa mengatakan bahwa momen KTT ini bisa menjadi penting dalam menstabilkan situasi kawasan khususnya sengketa antara Thailand dan Kamboja.

"Kami memiliki kerangka acuan yang telah disepakati. Kami sekarang harus menciptakan kondisi yang kondusif untuk tugas awal tim pengamat dan pada saat yang sama kita perlu memiliki proses politik yang sedang berlangsung antara kedua belah pihak," katanya kepada wartawan internasional di Jakarta (Sabtu, 7/5).

Selain masalah sengketa antara Kamboja dan Thailand, ada hal lain yang mengkhawatirkan yaitu permintaan Myanmar mengambil alih kepemimpinan ASEAN 2014 mendatang. Permintaan Myanmar ini memicu kecaman dari para aktivis HAM internasional. Bahkan, Amerika Serikat melalui Human Right Watch mengatakan jika permintaan Myanmar ini dipenuhi maka ASEAN tak ubahnya seperti "bahan tertawaan dari forum antar negara".

"Menghargai Myanmar dengan (menjadikannya) pimpinan ASEAN setelah (Kamboja melakukan) Pemilu palsu dan masih memiliki catatan 2000 tahanan politik hanya akan menambah malu kelompok (ASEAN) ini," ujar Wakil Direktur Asia Human Right Watch, Elaine Pearson.

Dalam menanggapi hal ini, Marty Natalegawa menegaskan bahwa permintaan Myanmar akan dibahas pada puncak acara KTT dan dia menyarankan seandainya Myanmar ingin menjadi Ketua ASEAN maka negara itu harus melakukan perbaikan catatan HAM di negaranya

Belanda Harus Akui Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945

Sampai hari ini pemerintah Belanda masih tetap tidak mau mengakui Kemerdekaan Republik Indonesia adalah 17 Agustus 1945. bagi Belanda kemerdekaan Indonesia secara de jure adalah 27 Desember 1949 yaitu pada saat pelimpahan kekuasaan dari pemerintah Belanda ke pemerintah Republik Indonesia Serikat(RIS) dalam Konferensi Meja Bundar.
Namun, pada tahun 1956 pemerintah RI membatalkan secara sepihak perjanjian KMB. RI juga memutuskan untuk menghentikan pembayaran sisa utang yang harus dibayar sevbesar 500 juta Gulden dari jumlah keseluruhan hutang sebesar 4,5 milyar Gulden.
Sejarah juga mencatat bahwa pada 16 Agustus 1950 RIS dibubarkan. Sehari setelah pembubaran RIS Soekarno menyatakan berdirinya kembali NKRI yang di proklamasikan 17 agustus 1945. Dengan demikian, negara federal yang diakui de jure oleh pemerintah Belanda sudah tidak ada.
Pada 20 Mei 2005 Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) menyampaikan petisi kepada Perdana Menteri Belanda Balkenende. LSM ini menuntut pemerintah Belanda untuk mengakui de jure kemerdekaan RI adalah 17 Agustus 1945, pemerintah Belanda harus meminta maaf atas penjajahan, pelanggaran HAM dan kejahatan perang pada Agresi Militer di tahun 1945 hingga 1950, Pemerintah Belanda juga harus memberi kompensasi kepada keluarga korban Agresi Militer.
Petisi ini pun mendapat perhatian dari Menlu Belanda saat itu Ben Bot. Pada 16 Agustus 2005 di jakarta Ben Bot menyatakan bahwa pemerintah Belanda menerima proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 tapi hanya berdasarkan pandangan moral dan politis. Ia juga menyampaikan rasa penyesalan atas jatuhnya korban saat Agresi Militer Belanda.
Namun yang sangat disesalkan rakyat Indonesia adalah mengenai pernyataan BenBot bahwa pengakuan kemerdekaan secara yuridis telah diberikan pada akhir tahun 1949 (KMB). Ia menegaskan bahwa pemberian pengakuan hanya bisa dilakukan satu kali. Ini berarti dimata Belanda, Indonesia tidak eksis sama sekali hingga tanggal 16 Agustus 2005, namun tetap tidak diakui secara yuridis atu ilegal dimata Belanda.
Memang bagi pemerintah Belanda keputusan ini sangatlah dilematis. Sebab bila Belanda mengakui de jure kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 maka konsekuensi yang yarus diterima pemerintah Belanda antara lain secara tidak langsung mengakui agresi militer terhadap suatu negara yang berdaulat. pemerintah Indonesia juga berhak menuntut pampasan perang dari Belanda dan para veteran Belanda mendapat cap sebagai penjahat perang.
Jika pemerintah Indonesia membiarkan sikap Belanda ini sama saja membiarkan pandangan bahwa para pejuang kemerdekaan Indonesia adalah perampok, perusuh, pengacau keamanan, dan para ekstrimis yang dipersenjatai Jepang. Ini karena Alasan yang digunakan Belanda saat melancarkan Agresi Militernya selain untuk memulihkan kembali "law and Order" adalah membasmi pengacau keamanan dan para ekstrimis yang dipersenjatai Jepang. Perlu diingat Belanda pada saat itu menamai Agresinya sebagai aksi Polisional.
Belanda Kehilangan Hak Sejarah atas Jajahannya
Pada perang dunia kedua, Belanda lumpuh setelah tiga hari diserang oleh Jerman pada 10 Mei 1940. pemerintah dan Ratu Belanda melarikan diri ke Inggris membentuk exile goverment di London. Ini menandakan bahwa pemerintah Belanda sudah tidak ada lagi. Sedangkan untuk menjaga Hindia Belanda agar tidak jatuh ke tangan Jepang, Belanda bersama dengan Inggris, AS, dan Australia membentuk komado pasukan bersama (ACDACOM). Komando pasukan bersama ini terlibat pertempuran sengit dengan Jepang di laut jawa pada 27 Februari 1942 yang dikenal sebagai "The Battle of Java Sea". Jepang menghancurkan pertahanan laut sekutu pada 1 Maret 1942 dan mendaratkan tentaranya di Pulau Jawa.
Pada 9 Maret 1942 di Kalijati Belanda menandatangani penyerahan seluruh wilayah jajahannya tanpa syarat (unconditional surrender) kepada Jepang. Ini juga menandakan bahwa penjajahan Belanda di bumi nusantara telah berakhir. sehubungan dengan hilangnya hak sejarah Belanda atas RI, ketua delegasi RI Lambertus Nicodemus Palar menyampaikan suatu memorandum dalam sidang Dewan Keamanan PBB 20 Januari 1949.
Dalam memorandum tersebut beliau menyampaikan bahwa sikap Belanda yang sama sekali tidak berusaha mempertahankan Indonesia membuat rakyat Indonesia memutuskan untuk memegang strategi sendiri dan mempergunakan zaman pendudukan Jepang sebagai masa persiapan baginya untuk menentukan nasibnya sendiri di kemudian hari. Lambertus juga mengatakan bahwa sejarah RI bukanlah terlahir sebagai hasil suatu pemberontakan terhadap Belanda, melainkan lahir sesudah Belanda menyerahkan Indonesia kepada Jepang dan tidak sedikitpun berusaha untuk mempertahankannya.
Vacum of Power
pada 6 Agustus 1945 AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan tiga hari berselang Nagasaki juga dijatuhi bom atom. Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah diancam akan di jatuhi bom atom oleh AS. Penandatanganan dokumen penyerahan ini ditandatangani Jepang pada 2 September 1945. Ini berarti antara tanggal 15 Agustus sampai 2 september 1945 terjadi kekosongan kekuasaan (vacum of Power) di semua Negara yang diduduki jepang termasuk Indonesia.
Puncaknya, pada 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya dan sehari berselang mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan M. Hatta sebagai wakilnya. Untuk memenuhi tiga syarat utama pembentukan suatu negara sesuai dengan konvensi Montevideo, pada 5 september 1945 dibentuklah kabinet RI pertama. Pada tahun 1946 Mesir disusul dengan India memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan RI yang melengkapi syarat terbentuknya suatu negara sesuai dengan hukum internasional.
Dengan demikian proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 adalah sah baik dari segi hukum internasional, politis, moral dan HAM. Dan yang selama ini dinyatakan oleh permerintah sebagai aksi polisional 1 (21 Juli 1947) dan polisional 2 (19 desember 1948), jelas merupakan agresi militer terhadap suatu negara merdeka dan berdaulat.

"The Choice Is Yours"

Rabu, 04 Mei 2011

Terkadang waktu membuat kita terdesak oleh pilihan yang menentukan masa depan kita. Seorang sahabatku pernah mengatakan "jangan pernah berpikir tentang masa lalu karena hidup kamu akan dipenuhi penyesalan dan ingat jangan juga memikirkan masa depan karena kamu akan takut," quotation ini adalah obat penenangku saat aku gagal paling tidak hingga aku menulis tulisan ini. 

Tapi, ternyata, kita memang harus berpikir masa lalu dan masa depan kawan. bukan dalam artian untuk disesali dan untuk ditakuti, tapi sebagai bahan pembelajaran untuk meraih masa depan. Pilihan saat ini bahkan didetik ini sangat menentukan masa depan kita. Pertanyaanku adalah apakah ada pilihan salah dalam hidup ini?. bukankah apapun yang kita pilih adalah benar, setidaknya untuk kita sendiri. Ahh, entah ini paragraf pengantar atau bukan yang jelas aku mengalami konflik dalam diriku sendiri saat ini dan untuk satu minggu kedepan untuk menentukan jalan hidupku.

Begini, aku adalah mahasiswa HI semester 8. Di semester ini seharusnya aku sudah disibukkan dengan skripsi bukan lagi mengulang mata kuliah semester bawah. Ya, tapi mungkin karena kenakalanku di semester awal yang memang tidak serius kuliah harus membuatku berhutang pada hidup ini. Yah, aku akan mengejar wisuda agar tidak lebih dari 10 semester. Tapi apakah ini akan terealisasi, pastinya akan dan harus.

Permasalahannya adalah aku sedang dipromosikan oleh para sahabatku untuk mencalonkan diri menjadi ketua umum DPP Partai Progressive. Partai Progressive adalah partai terkecil di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang secara tidak langsung merupakan titisan IMM Cabang Ciputat dalam berpoltik di kampus. Partai ini memiliki masa yang paling sedikit dari lima partai yang ada di kampus dan selalu menempati posisi jurukunci dalam pemilihan umum raya (pemira). Bahkan tak jarang orang menyebut partai ini sebagai partai penghibur, karena tidak memiliki ideologi politik yang jelas.

Sahabatku yang juga merupakan ketua umum IMM Cabang Ciputat memintaku untuk menggawangi partai kecil itu. Dia merasa bahwa aku mampu untuk menjadi ketua partai, tapi niat baik kawanku ini harus kupikirkan matang-matang. Jika aku mencalonkan diri menjadi Ketua partai dan ternyata aku terpilih, berarti akan menambah lama kuliahku, tapi jika tidak aku mencalonkan diri, sungguh aku sangat tidak enak hati dengan sahabatku ini. Kenapa tidak enak hati? Karena dulu aku juga memaksa dia untuk mencalonkan diri menjadi Ketua Cabang dan alhasil dia terpilih.

Kegundahan hati ini harus segera aku selesaikan, entah itu apa hasilnya yang jelas tidak mengganggu karirku dan tetap menjaga harmonisme persahabatanku dengan yang lain. Mungkin aku akan bertanya dengan sahabat-sahabatku yang lain, psikolog, orangf yang kuanggap mengerti diriku, atau bahkan aku masih bisa untuk menyelesaikannya sendiri. Apapun keputusannya nanti, doakanlah yang terbaik agar selalu menyertaiku. karena hidup tidak hanya ditentukan oleh satu pilihan saja...............

hari yang kurang menyenangkan 07042011

Hari itu kuawali dengan bangun kesiangan dan memang itu yang terjadi setiap hari, entah kenapa tapi yang jelas kita tidak akan membahas masalah bangun ku yang selalu siang itu. aku akan bercerita mengenai hari yang terbilang menjengkelkan ini. Kenapa kusebut hari menjengkelkan? Begini ceritanya, siang itu selapas aku bangun aku menyegerakan diri untuk persiapanku menuju kampus. Kutancap gas motorku dengan sangat kencang, aku bagaikan Rossi yang meliuk-liuk diantara kemacetan. Walhasil sampailah aku dikampus dengan debu yang menempel diwajah, tenggorokan yang mulai kering akibat panasnya matahari, hatiku gusar karena mengalami perpaduan antara takut telat dan jengkel akan macet. Untuk merefresh itu semua biasanya aku membakar sebatang rokok sambil minum segelas kopi di kantin. Ya walaupun sudah telat aku tetap menyempatkan untuk itu semua.
Aku hubungi temanku untuk menanyakan kepadanya apakah aku masih bisa masuk klas, namu telponku tak diangkat olehnya, begitu juga sms ku tak dibalas olehnya. Aku bertanya kepada teman lain yang kebetulan lewat di kantin parkiran itu. dia pun menjawab bahwa dia dan temanku yang lain tidak masuk klas karena pada males. Jawaban ini membuatku patah arang, padahal sebelumnya aku berjibaku dengan waktu untuk ini semua dan akupun tidak jadi kuliah di siang itu.
Aku pun tetap releks seperti biasa, sambil menghisap rokok yang kupegang dan meneguk kopi yang sangat nikmat sambil ngobrol bareng kawanku. Kami ngobrol ngalor ngidul hingga dy berkata bahwa jam kuliah yang siang dosennya berhalangan hadir. Pernyataan ini membuatku terdiam, dan agak sedikit lemes sambil berpikir untuk apa aku jauh-jauh berangkat dari rumah menuju ciputat. Yah tapi tak apalah, aku masih menikmati hari itu dan ternyata ada kabar make up class untuk matkul hari selasa kemaren, aku pun tesenyum lebar karena merasa bahwa perjuanganku ke ciputat tidak sia-sia. Dan aku pun masuk mata kuliah tersebut dengan kawan-kawan yang lain, apa yang kuperbuat diklas itu? aku buat semua rusuh dan gaduh dengan bermacam-macam cakkan yang aku dan kawanku saling bersautan.
Selesai dari kampus seorang teman mengajakku ke tempat magang, katanya kita akan diajak menjadi konstributor di tempat itu. berita ini membuat kua sangat bahagia karena memang akau memimpikan untuk menjadi seorang jurnalis, ya tempatku magang memang bergerak dibidang jurnalis. Akhirnya dengan semangat yang menggebua aku dan dua orang temanku berangkat menuju tempat magangku. Untuk kedua kalinya aku menjadi seorang Valentino Rossi yang meliuk-liuk ditengah kemacetan, namun dalam perjalan menuju tempat magang itu aku merasakan kepuasan tersendiri, mungkin karena aku terlalu senang karena sebentar lagi aku akan menjadi seorang jurnalis, ya mungkin karena itu.
Sesampai di tempat magang, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku, kami berniat untuk menemui pimred yang kebetulan juga adalah dosen ku di kampus. Tapi tak lama kemudian temanku mengabari bahwa kami telat datang dan orang yang seharusnya bertemu dengan kami telah dalam perjalanan pulang ke ciputat. Kami pun bingung ingin melakukan apa, mungkin karena kami merasa bersalah telah dateng terlambat. Walhasil kamipun disuruh yang bersangkutan untuk menemuinya di ciputat. Ini membuat pikiranku sangat jengkel, kenapa?. Karena aku harus kembali ke ciputat padahal jarak tempat magang ke rumahku hanya 5 menit sedang ke ciputat lagi memakan waktu sampai 45menit. Akhirnya aku putuskan untuk ikut keciputat lagi demi menjadi seorang jurnalis, sebuah impian yang memang sangat aku inginkan.
Akupun berangkat kembali keciputat dengan segudang harapan. Akhirnya untuk ketigakalinya aku menjadi seorang Valentino Rossi. Setelah memakan waktu hampir satu jam aku dan kawan-kawanku pun akhirnya tiba di ciputat, kami pun menunggu orang yang harusnya kami temui d tempat magang, setelah menghabiskan sebatang filter, akhirnya orang yang aku maksud datang juga. Tapi apa yang terjadi?? Dy datang dan berbicara dengan kami tanpa sempat mematikan motornya sambil berkata “besok kita ketemu aja ya di kantor jam 5”.

osama tewas, so what?

Kemarin (2/5), hampir semua televisi menyiarkan kematian Osama Bin Laden. Bin laden dilaporkan tewas setelah terkena tembakan dari pasukan AS. Dan kini sebagian rakyat Amerika Serikat sangat bersuka cita atas kematian teroris nomor wahid itu, bahkan tidak sedikit diantara rakyat AS yang merayakan kematian Osama ini sesaat setelah mendengar pidato Obama yang memastikan Osama tewas. kematian seseorang dirayakan apakah itu wajar? apakah dengan kematian Osama ini dunia terbebas dari aksi terorisme?

Apakah wajar jika kita merayakan sebuah kematian seseorang dengan penuh sukacita. menurut saya itu tindakan yang sangat tidak terpuji, ini bukan berarti saya mendukung Osama, tapi berbicara atas dasar kemanusian. Seakan-akan dengan matinya manusia ini maka segala kerusakan yang ada di bumi hilang karena perasaan dendam yang tertanam sejak runtuhnya menara kembar di AS dan menewaskan ribuan manusia sepuluh tahun silam.

Ah, apapun jugdement kalian untuk merayakan kematian Osama menurutku sama sekali kalian tidak berperikemanusiaan. Sahabat Rasul, Ali bin Abu Thalib, setiap dia membunuh musuhnya dengan memenggal kepala musuh tersebut, dia tidak pernah merayakan kematian musuhnya justru sebaliknya dia meminta ma’af kepada Tuhan karena telah membunuh makhluknya. Sungguh mulia sekali apa yang dilakukan Ali ini, dan ini berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh rakyat AS yang melakukan perayaan dengan sangat meriah di jalan-jalan, seakan-akan menandakan bahwa dunia telah aman.

Saya sangat miris ketika melihat semua televisi menyiarkan kematian Osama ini dengan sangat lebay. Menurut saya mau masih hidup ataupun sudah mati, aksi teror Osama tidak sampai ke Indonesia, minimal bukan diarahkan ke warga Indonesia. Kalau pun ada yang mengatakan terorisme yang terjadi di Indonesia saat ini ada hubungannya dengan Al Qaeda, itu belum terbukti. Jadi tak perlulah media melebaykan pemberitaan mengenai Osama ini.

Jadi inti dari tulisan yang tidak jelas ini adalah tidak boleh melakukan perayaan untuk merayakan orang yang meninggal. Dan janganlah fokus rakyat kita berpindah ke isu kematian Osama karena sekali lagi bahwa Osama, ada atau tidak, tidak akan berpengaruh ke Indonesia.

Awal Menulis Blog; Awal Jadi Jurnalis

Senin, 11 April 2011

Hari ini adalah hari dimana aku memulai karirku di dunia jurnalistik dan bersamaan dengan itu aku juga berniat untuk memulai menulis diblog ini. Entah itu terjadi secara kebetulan atau memang aku yang sengaja membuatnya menjadi bersamaan. Menarik mungkin jika aku ditanya kenapa harus mengawali tulisan blog ini dengan judul "awal menulis blog; awal jadi jurnalis"?

kenapa aku harus menulis diblog?
Mungkin yang pertama karena "paksaan" dari seorang sahabatku yang memintaku untuk membuat blog dan yang kedua, karena memang aku sangat tertarik pada dunia menulis. Aku pernah mendengar sebuah kutipan yang berbunyi "Verba Volant Scripta Manent" yang kurang lebih artinya adalah "Yang terucap akan berlalu bersama angin, yang tertulis akan tetap mengabdi". Berdasarkan kutipan tersebut aku simpulkan bahwa tulisan tulisan memiliki arti yang sangat penting bagi indiividu, tidak hanya akan membuat dia bisa mencurahkan intelektualnya, curahan hati, gagasan-gagasan, dan kritisismenya, individu tersebut juga akan tetap abadi namanya walaupun telah tiada sekalipun.

Yah, itulah salah satu alasanku ingin menjadi penulis, lalu kenapa aku mengawali karirku dengan menjadi seorang jurnalis?

Sesungguhnya tak pernah terpikir sedikitpun olehku untuk menjadi seorang Jurnalis, setidaknya itu sebelum aku menjadi seorang mahasiswa. Kehidupanku sebagai seorang mahasiswa hampir setiap hari kulalui dengan kegiatan diskusi dengan kawan-kawan sejawatku, entah itu diskusi tentang mata kuliah atau pun tentang situasi nasional ataupun Internasional. Diskusi inilah yang me-mindset pikiranku tentang arti mahasiswa yang sesungguhnya yang terefleksikan dalam tridharma perguruan tinggi: belajar, meneliti, dan mengabdi.

Khusus untuk poin "mengabdi" adalah pembeda yang sangat jelas antara mahasiswa dan siswa dalam peranannya. Lalu bagaimana cara untuk mengabdi itu dan apa hubungannya dengan menjadi seorang jurnalis?

Mengabdi merupakan suatu kata yang sering kita dengar, kita ucapkan, kita baca, dan kita tulis, tapi sangat sulit untuk melakukannya. Terkadang aku terkurung pada diskursus mengenai apa pentingnya mengabdi, kenapa harus mengabdi, untuk siapa kita mengabdi. Yang diperlukan mahasiswa dalam mengabdi sebenarnya hanya satu yaitu bebas nilai.

Bebas nilai disini dapat kita artikan bahwa dalam melakukan aksi, mahasiswa tidak boleh memiliki kepentingan lain kecuali kepentingan rakyat. Sering aku menjumpai kawan mahasiswa yang menjadikan aksi sebagai proyek. yah, mereka menjadikan aksi sebagai tempat mereka mencari "nafkah" yang secara otomatis memudarkan jargon agent of change yang melekat di alamamater mahasiswa. Keberpihakan pada sang "Chairman" membuat mahasiswa menjadikan nama rakyat,agama, dan kampus sebagai alat untuk mendapatkan uang dari "majikan yang memberinya proyek".

Miris memang menyaksikan fenomena seperti ini dan aku bukanlah seorang penjilat seperti mereka kebanyakan. Jurnalis memang tidak selalu bebas nilai, terkadang juga ada jurnalis yang dibayar untuk membenarkan kasus tertentu, tapi kenapa kemudian aku memilih untuk berkarir sebagai jurnalis. kurasa aku memiliki jawaban yang sangat simpel untuk pertanyaan ini, yaitu dengan menjadi jurnalis at least aku bisa mengabdikan tulisanku ini untuk masyarakat, dan aku juga tetap bisa menjadi mahasiswa yang kritis, idealis, dan bisa menjadi pelopor bagi yang lain.